Rabu, 28 November 2012

Pengobatan Penyakit Epilepsi

Pengobatan Penyakit Epilepsi

Jakarta, Epilepsi merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja tanpa memandang usia termasuk anak-anak. Tapi jangan khawatir, sekitar 70-80 persen epilepsi pada anak-anak bisa sembuh dengan obat.

"70-80 epilepsi pada anak bisa sembuh dengan obat, cuma makan obatnya agak lama sedikit," ujar Dr Hardiono D Pusponegoro, SpA(K) dari divisi saraf anak, Departemen Ilmu Penyakit Anak UI dalam acara seminar media 'Mari Hapus Stigma Negatif Epilepsi' di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (15/12/2011).

Dr Hardiono menuturkan jika jarak epilepsi antara 2 kejang lebih dari 6 bulan maka belum perlu diberikan pengobatan, tapi jika jarak kejangnya berdekatan maka bisa diberikan obat. Monoterapi (penggunaan 1 obat lebih baik) dari politerapi.

"Orang yang menerima monoterapi sekitar 70 persen bebas dari serangan atau tidak kejang, sedangkan 30 persennya memerlukan obat tambahan (politerapi). Namun untuk politerapi perbaikannya sekitar 40 persen jadi kesempatan sembuhnya lebih kecil," ungkapnya.

Pengobatan yang dilakukan ini untuk mencapai kualitas hidup yang optimal seperti mengurangi frekuensi atau menghentikan serangan, mencegah efek samping serta menurunkan angka kesakitan.

"Hal yang paling penting dan pertama adalah ya harus nurut dan yang paling berbahaya adalah kalau orang itu bosen minum obat," ujar dr Lyna Soertidewi, SpS(K) MEpid dari Departemen ilmu penyakit saraf UI.

dr Lyna menuturkan pengurangan obat anti epilepsi harus dilakukan secara hati-hati dan bertahap dan tidak boleh dihentikan secara mendadak. Karena jika seseorang langsung berhenti minum obat maka bisa menyebabkan serangan yang lebih hebat lagi dan berakibat fatal.

"Dari ia mulai tidak kejang-kejang (bebas kejang), lalu 2-3 tahun berikutnya baru dosisnya diturunkan setelah melakukan pemeriksaan EEG," ungkap dr Lyna.

Penderita epilepsi berat yang tidak menjalani terapi umumnya memiliki harapan hidup yang lebih pendek dan risiko cacat kognitif lebih tinggi, terutama jika kejang tersebut sudah dialami sejak masa anak-anak.

dr Lyna menuturkan ada beberapa faktor yang bisa memicu kejang seperti perubahan konsentrasi listrik, ireguler interneuron koneksi, exitatory amino acid (asam glutamat) dan inhibitory asam amino (gamma amino butiric acid).

Sementara itu dr Irawati Hawari, SpS, Ketua Umum Yayasan Epilepsi Indonesia mengungkapkan ada faktor-faktor luar yang bisa menjadi pencetus seperti terlalu kelelahan, kurang tidur, terlalu panas atau dingin, pikiran dan stres secara psikis. Meski tiap anak beda-beda pencetusnya.

"Kalau sudah bebas bangkitan (kejang) 2-3 tahun dan semuanya normal, maka dosisnya diturunkan perlahan hingga nanti ia bisa sembuh, meski tidak ada yang bisa menjamin. Karena ada yang sudah sembuh lalu mengalami kecelakaan atau trauma kepala bisa menjadi pencetus, itu bisa epilepsi lagi," ujar dr Ira.

Jenis epilepsi pada bayi dan anak sangat beragam. Beberapa diantaranya disebabkan gangguan otak akibat kelainan bawaan, gejala sisa infeksi dan trauma otak, namun sebagian kasus tidak diketahui penyebabnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar