Pengobatan Penyakit Epilepsi
Jakarta, Epilepsi merupakan penyakit yang bisa
menyerang siapa saja tanpa memandang usia termasuk anak-anak. Tapi
jangan khawatir, sekitar 70-80 persen epilepsi pada anak-anak bisa
sembuh dengan obat.
"70-80 epilepsi pada anak bisa sembuh dengan
obat, cuma makan obatnya agak lama sedikit," ujar Dr Hardiono D
Pusponegoro, SpA(K) dari divisi saraf anak, Departemen Ilmu Penyakit
Anak UI dalam acara seminar media 'Mari Hapus Stigma Negatif Epilepsi'
di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (15/12/2011).
Dr Hardiono
menuturkan jika jarak epilepsi antara 2 kejang lebih dari 6 bulan maka
belum perlu diberikan pengobatan, tapi jika jarak kejangnya berdekatan
maka bisa diberikan obat. Monoterapi (penggunaan 1 obat lebih baik) dari
politerapi.
"Orang yang menerima monoterapi sekitar 70 persen
bebas dari serangan atau tidak kejang, sedangkan 30 persennya memerlukan
obat tambahan (politerapi). Namun untuk politerapi perbaikannya sekitar
40 persen jadi kesempatan sembuhnya lebih kecil," ungkapnya.
Pengobatan
yang dilakukan ini untuk mencapai kualitas hidup yang optimal seperti
mengurangi frekuensi atau menghentikan serangan, mencegah efek samping
serta menurunkan angka kesakitan.
"Hal yang paling penting dan
pertama adalah ya harus nurut dan yang paling berbahaya adalah kalau
orang itu bosen minum obat," ujar dr Lyna Soertidewi, SpS(K) MEpid dari
Departemen ilmu penyakit saraf UI.
dr Lyna menuturkan pengurangan
obat anti epilepsi harus dilakukan secara hati-hati dan bertahap dan
tidak boleh dihentikan secara mendadak. Karena jika seseorang langsung
berhenti minum obat maka bisa menyebabkan serangan yang lebih hebat lagi
dan berakibat fatal.
"Dari ia mulai tidak kejang-kejang (bebas
kejang), lalu 2-3 tahun berikutnya baru dosisnya diturunkan setelah
melakukan pemeriksaan EEG," ungkap dr Lyna.
Penderita epilepsi
berat yang tidak menjalani terapi umumnya memiliki harapan hidup yang
lebih pendek dan risiko cacat kognitif lebih tinggi, terutama jika
kejang tersebut sudah dialami sejak masa anak-anak.
dr Lyna
menuturkan ada beberapa faktor yang bisa memicu kejang seperti perubahan
konsentrasi listrik, ireguler interneuron koneksi, exitatory amino acid
(asam glutamat) dan inhibitory asam amino (gamma amino butiric acid).
Sementara
itu dr Irawati Hawari, SpS, Ketua Umum Yayasan Epilepsi Indonesia
mengungkapkan ada faktor-faktor luar yang bisa menjadi pencetus seperti
terlalu kelelahan, kurang tidur, terlalu panas atau dingin, pikiran dan
stres secara psikis. Meski tiap anak beda-beda pencetusnya.
"Kalau
sudah bebas bangkitan (kejang) 2-3 tahun dan semuanya normal, maka
dosisnya diturunkan perlahan hingga nanti ia bisa sembuh, meski tidak
ada yang bisa menjamin. Karena ada yang sudah sembuh lalu mengalami
kecelakaan atau trauma kepala bisa menjadi pencetus, itu bisa epilepsi
lagi," ujar dr Ira.
Jenis epilepsi pada bayi dan anak sangat
beragam. Beberapa diantaranya disebabkan gangguan otak akibat kelainan
bawaan, gejala sisa infeksi dan trauma otak, namun sebagian kasus tidak
diketahui penyebabnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar